Membaca sejarah itu adalah membaca beberapa sudut pandang. Sejarah bukan soal percaya kata siapa. Karena rata-rata orang cenderung percaya kata mbahnya daripada kata otoritas. Lha gimana kalo kata mbahmu sama mbahku ternyata beda?
Istilah pengaburan sejarah itu rancu. Kekaburan adalah sifat dasar sejarah. Untuk meminimalisir kekaburan, makanya perlu banyak kacamata. Yang paling nggak nyaman jelas kalau pakai kacamata musuh kita. Sedangkan yang paling nyaman tentu saja kalau kita berada di kubu pemenang dan memakai kacamata dari kubu kita sendiri.
Hasrat dasar manusia adalah berkuasa. Tak ada kekuasaan tanpa penulisan sejarah. Karena lewat sejarah kekuasaan menjadi legitimate. Di masa lampau, para penguasa menuliskan sejarah mereka dengan mitos-mitos. Ada yang mengaku keturunan dewa segala.
Maka kalau mau adil sejak dalam pikiran, mulailah membaca sejarah berdasar banyak sudut, banyak sisi dan banyak tafsir.
Untuk pribadi mungkin kita akan cenderung pada satu sisi tapi perlu diingat....itu hanya satu kekaburan dari banyak kekaburan. Bahkan pengalaman sendiri saja kalau diceritakan ke orang lain akan ada kurang dan lebihnya. Bukan karena kebohongan, namun memang begitulah sifat komunikasi verbal. Ada distorsi.
Sejarah adalah upaya memahami keadaan atau peristiwa lampau. Bukan sebuah kebenaran yang pasti. Anda mungkin kaget. Lha apa bedanya dengan fiksi?
Ya jelas beda lah, Om. Fiksi bersumber dari imajinasi sedangkan sejarah bersumber dari kata orang, tulisan orang dan artefak. Tapi ya hati-hati, bisa jadi sumber sejarah itu, karena saking kunonya dan sukar diverifikasi... jadi kecampur sama fiksi. Nah lhoh...
Maka terimalah bahwa kekaburan adalah watak asli sejarah. Mengenai yang kabur-kabur gini, saya cenderung pegang ajaran agama saya. ...berhati-hati. Banyaknya kacamata yang saya pakai tentunya adalah upaya kehati-hatian itu. Karena bapak saya pernah bilang mengenai tragedi sejarah 65 yang kalian perdebatkan itu...
"Jaman kuwi akeh wong ra salah dadi korban, le. Tapi bapak ora melu-melu."
Begitulah saya rasa. Gusti Allah lebih tahu.
-Gugun, anaknya Alm. Pak Abi mantan anggota Masjumi yang nyaris jadi korban PKI, tapi tidak ikut-ikutan balas dendam-
Mengerti Sejarah
Diceritakan oleh Gugun Arief pada Thursday, September 21, 2017 | 7:26 AM
0 Comments
0 Comments