Terhina
Terhina adalah hal yang sangat subyektif. Tak ada tolok ukur yang pasti. Beda orang dengan beda pemikiran akan beda pula "sumbu ketersinggungannya". Di jalanan kalau ada sekelompok pemuda tanggung nongkrong dan agak mabuk, lalu kau lewat dan menatap mata salah satu dari mereka, well ... itu sudah cukup bikin dirimu dikeroyok. Mereka mungkin anggap kau menghinanya. Beda kalau kamu liwat di barisan rombongan Pramuka. Teman saya pernah cerita tentang suatu hari di warung angkringan Jogjakarta. Waktu itu duduk beberapa orang mahasiswa ngobrol. Ada satu orang yang bukan dari geng yang ngobrol itu juga di situ. Dia nggak ikut ngobrol karena beda geng. Kebetulan dia dia juga satu-satunya dari etnik berbeda. Yang ngobrol begitu asyik ketawa-ketiwi ngguya-ngguyu cengengesan... Nah, orang yang beda etnis satu-satunya tadi langsung marah. Dianggapnya mereka yang ketawa tadi menghinanya. Yang ngobrol cengengesan tadi jadi plonga-plongo... (what is "plonga-plongo? Ask your Javanese friend.)
Agama biasanya punya ikon yang disucikan atau dihormati: Nabi, santo, patung, kitab dll. Ikon-ikon ini dijaga, dipuja, dan juga diperlakukan sebagai bagian inti dari hidup, seperti keluarga atau malah lebih. Kalau ikon dihina sudah jelas akan dibela.... kecuali Buddhist. (Hmmm gak tahu deh umat satu ini kok sabarnya luar biasa 😛 ).
Saya tidak masalah dalam soal menghormati panutan atau ikon agama... namun saya sering tak bersepakat soal sumbu mana yang bisa bikin kita musti marah. Apa saya sendiri sudah kebal dari ketersinggungan masalah agama? Nggak juga... Punya sumbu beragama nggak sih saya? Ada sih ... cuman ketersinggungan itu jarang secara fisik kalo urusan agama. Kenapa? Karena saya beragama lebih secara spiritual... Iman saya bukan di baju.
Kalau agama bilang rahmatan lil alamin, tapi masih pilih-pilih siapa yang mau dikasihin....bagi saya itu sudah menghina agama. Jika agama memerintahkan memakai akal, sementara disodorin ayat ditelan tanpa menimbang...bagi saya itu juga penghinaan. Saya ngomong gini dulu dibilang mendewakan akal. Dan pastinya yang ngomong itu gak pake akal ketika nuduh. Mungkin juga dia gak sadar kalau memakai akal itu ada kaidahnya.
Tulisan ini TIDAK pernah saya tujukan untuk MENGHINA muslim manapun, siapapun, wahabi pun tak terkecuali. Tujuan saya spesifik, saya mengecam Khawarij dan sifat-sifat tindakannya. Siapa itu Khawarij? Mereka yang menggunakan semangat agama untuk PERSECUTE THE OTHER (opo se bahasa Indonesiane sing pas?) juga menyerang secara fisik, dengan alasan yang LEMAH secara nalar sehat. Ato baca aja deh tu sejarah Islam pasca Nabi wafat.
Saya tak memasang sumbu keterhinaan pada hal-hal yang sifatnya fisik, ikon-ikon dll. Toh iman juga nggak semudah itu dipengaruhi secara fisik. Mau ada patung dewa segede apapun, misalnya bisa gerak sendiri kayak transformer... atau tiba-tiba malem-malem ada Santa Claus manggul salib naik rusa terbang.... kagak bakalan bikin saya pindah agama kok.
Saya membagi lagi istilah "menghina agama" menjadi dua yakni:
Menghina ajaran agama dengan Menghina simbol agama
Mari bahas yang pertama...
Menghina Ajaran Agama
Menghina ajaran agama antara lain dalam pemahaman saya adalah: Dengan kesengajaan mengejek suatu ritual, teks kitab suci, ajaran suatu agama dll.
Menghina ajaran agama bagi saya adalah istilah yang dilematis alias bermasalah. Kenapa? Karena definisinya bisa jadi sangat lentur kayak karet. Ketika ajaran Islam percaya bahwa Yesus bukan anak Tuhan, itu bisa jadi menghina kepercayaan Kristen. Ketika Hindu memiliki ritual pemujaan banyak Dewa, maka itu bisa menjadi penghinaan terhadap keyakinan Islam.
So... jadinya setiap agama bisa bermasalah karena saling menghina agama lainnya. Karena itulah secara esensial istilah "menghina ajaran agama" menjadi sukar diperkarakan secara hukum di negeri yang memakai hukum sekular. Kalo mau pada menuntut semua agama bisa jadi tersangka dong... lha masing-masing kan pasti akan ngeyel ajarannya paling valid. Kalau sudah pernah belajar perbandingan agama, mungkin bisa sedikit berempati soal sudut pandang agama yang berbeda-beda. Dulu saya juga nggak habis pikir kok Hindu Tuhannya banyak? Kok Budha nyembah patung? dll... Tapi setelah belajar, saya jadi paham itu semua. Hindu tetap meyakini satu Tuhan namun juga meyakini adanya banyak manifestasi ketuhanan. Saya kemudian juga baru tahu kalau patung dalam Budhisme cuma hasil kebudayaan dan tidak untuk disembah, hanya ikon yang dihormati. Dalam agama saya sendiri ternyata juga banyak perpecahan pemahaman. Jadinya pasal "menghina" ini repot diterapkan secara praktis. Namun bukan berarti orang bisa seenaknya berlindung di definisi yang kayak karet ini lho. Kalo misalnya ada orang Sholat terus diejek cara sholatnya, nah itu menurut saya juga bisa masuk menghina. Hanya saja bingung juga mau menempatkannya secara jelas dalam pasal penghinaan ajaran. Soalnya lagi-lagi ntar kalo dijelajahi terus nyampe ke soal ke-Tuhanan, balik lagi kerancuannya.
Makanya saya dalam hal ini mengambil pendekatan spiritual atau esensial: bagi saya, menghina ajaran agama adalah melakukan sesuatu yang bertentangan nilai ajaran tersebut. Hukumannya nggak dari negara, tapi dari Tuhan langsung. Tuhan tahu pelakunya sengaja atau tidak. Untuk soal ini memang kayaknya sumbu amarahnya musti lebih panjang dan susah dibakar. Mungkin banyak yang nggak suka, tapi yah...itu jika kita mau adil dalam mendefinisikan. Agama emang rumit, Bro. Not too easy as you or I wish.
Oke yang kedua...
Menghina Simbol Agama
Menghina simbol agama dalam pemahaman saya antara lain: merusak ikon-ikon keagamaan, meletakkan ikon keagamaan tidak pada tempatnya, membuat lelucon atas sebuah ikon keagamaan. Definisi ini lebih mudah bagi saya karena yang disasar adalah fisik atau paling tidak gambarannya. Ayat suci dicetak di sandal nah itu menghina ikon agama, patung figure-figure suci dirusak atau dikotori itu juga menghina, mengencingi tempat ibadah itu menghina dll. Dalam hal ini lebih dekat ke vandalisme. Kalo yang ini di negara sekuler pun masih bisa dihukum.
Terus ada lagi....Memplesetkan karakter suatu agama juga bisa masuk ke penghinaan. Bikin parodi Nabi Muhammad, Yesus, Buddha dll itu menghina. Nah yang ini beda-beda sikapnya, beda-beda sumbunya. Saya banyak liat Yesus dipelesetkan kok orang Kristen nggak rame-rame marah ya? Ah itu urusan internal mereka lah...lha saya bukan Kristen/Katolik 😃.
Pada akhirnya saya mikirnya gini.... kalau agama dihina, yang punya hak ciptanya lah yang paling punya hak menghukum. Dan saya yakin itu terbukti. Misalnya...
Kalau kau melecehkan ayat-ayat soal menganjurkan manusia berpikir...maka hukumannya adalah bodoh. See?
Kalau kau melecehkan ayat-ayat soal welas asih maka hukumannya adalah terus bertikai. See?
Dunia ini rumit, besar, luas dan untuk manusia saat ini (kagak ngomongin akhirat, Mars, Namek, dunia pararel dll. dulu ya)... Bumi dan isinya adalah satu-satunya yang kita punya secara real. Kenapa nggak fokus bagaimana menjalani agama yang bisa bikin bumi ini jadi lebih asyik buat tempat tinggal bersama, dengan orang-orang beda agama?
Cuma ada satu baskom air putih...yang Islam mau bikin kopi, yang Kristen mau bikin teh, yang lain mo bikin jus. Kebijakan anda yang menentukan...tu baskom mau anda tuangin minuman yang anda mau atau anda bawa cangkir kecil, ambil air dari situ lalu bikin minuman kesukaan anda. Baskom itu tetap air putih untuk semuanya.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakaatuh