Saya senang bisa menyimak sebuah grup yang saya yakin tidak semua orang tertarik untuk bergabung. Grup operator warnet. Isinya segala hal mulai dari yang ringan seperti kisah, cerita, tips, canda, tawa, hingga perhitungan tentang masa depan hidup. Saya banyak belajar dari grup yang mungkin dianggap sebagian orang berisi celotehan tanpa arti ini. Di sini akan saya ambil dua buah posting saja yang saya dapat belajar darinya. Satu kisah nyata, dan satu lagi sebuah foto sederhana. Ini bukan keharuan, lebih pada empati saya yang seringkali melihat sendiri apa yang telah mereka lakukan dalam hidup.
Apa Beda Ramah dengan Ganjen? (Judul dari saya sendiri, penulis blog)Ini pengalaman ane selama jadi OP (operator warnet).
Waktu itu tepatnya 1 tahun yang lalu.
Dateng user cewe , awalnya kagak tau ane kalo dia dateng bareng emaknya.
"Mas ngeprint dong..??"
"Oh.. Iya Neng ...."
Sambil nunggu print iseng nanya.. "Masih SMA apa kuliah, Neng..??"
Dia jawab "SMA, Mas.."
"Rumahnya mana, Neng??"
Dia kagak jawab cuman bilang "bentar ya Mas tak keluar dulu ...."
Pas masuk ternyata di belakangnya ada emaknya....
Gak ada angin ga ada ujan Si emak bilang..
"Mas. Anak saya ini udah dijodohin... Calonnya kerjanya PNS... Masa depannya keliatan..!!"
DAMN..!!! Dikira ane mau nge-gaet anak cewenya.Begitu selesai print-nya.. Tanpa basa-basi lagi.. "4000 Bu.."!!
Di situ ane ngomong dalem ati "Semoga calonnya nikah ama cewe lain dan anak cewenya dapet jodoh tukang becak.."
"OP JUGA ADA MASA DEPANNYA.. SIAPA TAU BERAWAL DARI OP BISA JADI OWNER"... AMIN...
Cerita super pendek yang menarik. Sekarang mari kita mencoba berempati menjadi operator tersebut. Saya dapat menduga bahwa yang user yang datang cukup cantik. Percayalah, saya pernah merasakan chemistry ketika ada user cantik hadir di sebelah tempat saya main internet. Rasanya ingin berbuat sesuatu yang menarik perhatiannya alias ganjen, terutama bila Anda jomblo galau seperti saya ketika itu. Dan saya belingsatan seperti apa yang dirasakan OP ini ketika dia pulang saya berniatan mengikutinya. Saya tidak dapat menyembunyikan perasaannya, saya cabut langsung ke OP sambil berteriak, "Wah cantik sekali cewek itu tadi ya Mas." Eh, ternyata si cewek masih di depan operator yang teman saya. Salah tingkah banget rasanya. Kok malah cerita versi sendiri (hehe, gak papa namanya juga blog tukar cerita).
Jadi hal pertama yang ingin saya sampaikan di sini adalah: Pedalaman Anda boleh blingsatan melihat cewek. Tapi perasaan yang terkendali akan terlihat jelas tak dapat ditutupi. Oleh karena itu, jika Anda berniat ramah, berusahalah untuk tidak terlihat ganjen. Jika tidak dapat melakukannya, persiapkanlah diri untuk hal-hal memalukan yang bisa terjadi selanjutnya. Ini bukanlah hal yang salah, justru sangat wajar dan normal. Hanya saja determinasi dan ketenangan berlaku berbeda bagi tiap orang. Anda boleh belajar seni ini pada yang berpengalaman. Tetapi terus terang saya tidak berbakat karena selalu gagal. :D
Hal kedua sudah banyak disampaikan oleh yang berpengalaman: semakin cantik seorang cewek, semakin tinggi harganya. Artinya jika punya pacar cantik, kita harus siap dengan resiko memenuhi tuntutannya yang biasanya akan lebih tinggi daripada cewek lain. Saya dulu heran mengapa cewek cantik pacar teman saya selalu terlihat cantik. Ternyata belakangan saya tahu kalau perawatan tubuh memang sangat terjaga dan teman saya itu selalu mengantarkannya ke salon. Ini pun bukan persoalan baik buruk. Ini sangat wajar dan normal. Setiap segala sesuatu yang dianggap berkualitas lebih akan selalu dihargai lebih tinggi. Jika Anda belajar dan siap membeli resiko itu, saya kira Anda akan mendapat cewek cantik. Dan ini pun berlaku untuk yang ingin mendapat cowok ganteng, juga berlaku untuk kerja Operator warnet dan PNS yang dipertentangkan oleh Si Emak di atas. Bukan masalah menjadi operator itu buruk dan PNS itu lebih baik. Ini adalah masalah kuantitas gaji PNS yang lebih tinggi daripada OP. Jadi ketika ingin siap menjadi PNS atau apapun kerja yang gajinya lebih besar, maka sama dengan cewek cantik tadi Anda harus siap untuk membeli tuntutan dan resiko lebih besar untuk meraihnya. Oleh karena itu saya memahami ketika kisah di atas diposting ada yang berkomentar untuk jadi PNS perlu nyogok 100 juta. Itulah gambaran resiko yang lebih besar/berat yang ada di gambaran orang kebanyakan walau itu tidak sepenuhnya benar. (Masih banyak juga PNS yang tanpa sogok). Rumus resiko ini oleh teman saya disingkat NPWP, Nombok Pira Wani Pira (nombok berapa berani berapa).
Yang ketiga adalah apa yang tidak pas atau tidak tepat. Pertama, momentum "ramah atau ganjen" yang diambil OP di atas tidak tepat. Kebetulan cewek cantiknya terlalu ge-er, emak-nya juga reaktif. Kalau dipikir-pikir ketiga tokoh di atas reaktif semua. Cowoknya reaktif melihat cewek cantik. Ceweknya reaktif melihat aksi si cowok. Emaknya reaktif mendengar laporan anak ceweknya. Itulah yang saya sebut ketenangan setiap orang berbeda. Impuls memegang peranan penting dalam sikap yang perlu kita latih. Walaupun pengendalian impuls saya termasuk parah (hehe), rasanya saya tidak akan mengeluarkan pernyataan Si Emak tadi karena itu jelas akan menyakiti hati OP. Emosi si OP terlihat ketika dia bersumpah serapah. Sayangnya dalam kutukannya dia juga kepleset tidak menghargai pekerjaan tukang becak (jadi kelihatan kan bahwa persoalan yang ada di cerita ini adalah masalah pendapatan).
Akhirnya saya dapat menyimpulkan, ini adalah masalah penghasilan dan pengendalian diri. Penghasilan adalah masalah yang sensitif. Jika tidak arif dan dapat mengendalikan diri dalam menyikapi masalah penghasilan atau pendapatan orang lain, masalahnya bisa menjadi runyam. Bahwa pengendalian diri adalah hal utama, dan bahwa harta bukanlah segalanya sudah sering kita dapat dari ajaran para orangtua kita. Agama kita rasanya juga sudah dan selalu mengingatkan juga. Saya tak perlu membahasnya lebih jauh.
Terakhir, mungkin gambaran di foto di atas bisa bermakna. Foto ini diambil oleh seorang operator dengan sebuah kamera HP biasa, di depan monitor di meja kerjanya. Obyek utamanya adalah amplop di mana tertera nominal gaji bulanan-nya. Jika kita melihat reaksi setelah menerimanya dan membaca beban kerja yang telah dilakukan untuk mendapatkannya, mungkin kita akan bisa belajar bahwa bersyukur dan menerima adalah masalah pembiasaan pikiran atau masalah pengendalian diri. Kita juga akan bisa lebih menghargai jerih payah orang lain. Semakin terkendali diri, semakin banyak yang akan kita dapat. semakin sedikit orang yang tersakiti, semakin banyak pula orang berbahagia. Ini ilmu tua, tapi kita lupa daratan alias kesusahan melaksanakannya. Bukan Anda saja, tetapi saya juga. Kini setiap saat kita bisa memandang foto ini untuk mengingatkan diri. Terima kasih teman-teman OP Warnet atas segala inspirasi yang telah kalian berikan. Cerita ini untuk kalian. Jika ada salah, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat bertukar Cerita!