Pertanyaan ini kadang mempengaruhi saya dalam bertransaksi online. Namun, saya pastikan saya tidak akan terjebak dalam mitos ini. Berikut ini adalah contoh bagaimana masyarakat skeptis dengan hal-hal yang berbau gratisan di internet:
Contoh Kasus 1
Itu adalah komentar pembaca dari sebuah berita penipuan yang dilansir detik.com yang saya ceritakan di kasus Menyaru Memakai Blogspot, Dapat 100 Juta
Apakah ini benar? Memang seringkali kita mendapati para penipu memanfaatkan hosting, domain, maupun email gratis. Tetapi, perlu dicatat bahwa perusahaan atau lembaga yang memakai layanan gratis tidak otomatis penipu atau palsu. Banyak lembaga pemerintahan memakai email gratis. Yang benar adalah bahwa teknologi informasi adalah netral. Sama seperti pisau bisa dipergunakan untuk hal-hal positif, bisa juga digunakan untuk hal-hal negatif. Apakah yang gratisan di internet dipergunakan untuk menipu atau cari uang halal seperti saya, itu tergantung user yang memakainya.
Contoh Kasus 2
Masih dari Detik.com, baru saja diberitakan telah beredar SMS yang berbunyi: 'Jika
kalian mengalami penipuan dalam transaksi online, cukup kirim
kronologis dan nomor rekening si penipu ke email
cybercrime@polri.go.id.'
Polisi telah dikonfirmasi dan menegaskan bahwa alamat email tersebut bukan milik Polri. Ini berita yang cukup aneh. Sepanjang yang saya ketahui, untuk mendaftarkan sebuah email di sebuah domain resmi, kita perlu mengikuti sejumlah prosedur resmi termasuk melayangkan surat ke lembaga yang bersangkutan untuk mendapat izin menggunakan domainnya, dalam hal ini polri.go.id. Lalu mengapa Polri menyatakan email tersebut bukan milik Polri? Bisa saja terjadi Polri telah kecolongan memberi izin pada orang yang memanfaatkannya untuk menyebar SMS di atas. Yang jelas Polri seharusnya memiliki data siapa yang memiliki email tersebut. Meskipun saya sendiri nggak tahu, hahaha, saya yakin teman-teman yang canggih bisa mengeceknya lewat whois siapa pemilik pemilik email tersebut. :)
Contoh Kasus 3
Penipuan SMS mengatasnamakan domain berbayar |
Penipuan seperti ini mengatasnamakan domain berbayar. Di sini ada dua pihak yang berbeda, pertama penipu dengan nomornya 087720637211 dan 085266682777, kedua pihak asiatravel yang tidak ada sangkut pautnya dengan isi SMS. Penipu mencomot nama besar asiatravel.com agar korban percaya dan akhirnya tertipu.
Kesimpulan
Yang ingin saya katakan di sini adalah bahwa kasus di atas membuktikan bahwa ternyata yang berbayar juga belum tentu bukan abal-abal. Jadi bagaimana mengetahui satu informasi itu abal-abal atau bukan? Wah, saya sendiri terlalu pusing untuk menjabarkannya. Harus kasus per kasus seperti yang sudah saya lakukan di blog ini. Patut untuk diingat-ingat pesan leluhur kita yang ini: Sak beja bejane wong kang lali, isih luwih beja wong kang eling lan waspada. Walaupun sudah lama sekali dipesankan pada kita, sampai sekarang pesan tersebut masih tetap sesuai dengan keadaan kita sekarang.