Penjabaran Kawruh Bab Pethukan Wejangan Ki Ageng Suryamentaram (KAS) yang disampaikan oleh Ki A.Taryadi, pemerhati ilmu jiwa KAS, dalam Junggring Salaka yang diposting Ki Eko Sanjoto 28 Juli 2010. Beliau membagi uraiannya ke dalam delapan bagian, berikut lanjutan dari Respons Manusia terhadap Kehidupan:
Suka - Benci (Dhemen Sengit)
Dalam
berinteraksi dengan apa saja kita selalu menanggapi dengan rasa suka
(dhemen) atau benci. Suka kalau mendapat keuntungan dan benci kalau dirugikan. Jadi suka dan benci itu timbul dari rasa memperoleh keuntungan
atau menderita kerugian. Rasa untung rugi itu bukan hanya berkenaan
dengan soal harta benda , namun juga soal kehormatan dan kekuasaan
(Semat, drajat, kramat).
Rasa suka dan benci ini bermacam-macam
rupanya. Suka bisa berupa senyum, gembira, bangga, nikmat dan
sebagainya. Benci bisa berupa: marah, malu, takut jengkel, sebel,
dongkol, gondok dan sebagainya. Jika kita tidak mengenalnya maka kita
juga tidak dapat mengamatinya sehingga kita tidak dapat mengetahui
tanggapan kita; tidak mengetahui diri sendiri. Oleh karena itu jangan
pernah pangling dengan suka benci kita sendiri yang sering berganti rupa
itu.
Tindak Tanduk Perasaan (Tandanging Raos)
Setelah
mengetahui rupa suka benci (diri kita sendiri) barulah kita mengerti
tindak-tanduk perasaan (raos) tersebut. Raos itu bertindak-tanduk.
Bahkan raos itu dapat diketahui melalui tindak-tanduknya. Adapun tindak-tanduk raos tersebut berupa gagasan atau pikiran. Misalnya tindak-tanduk
rasa marah bisa berwujud pikiran untuk merugikan orang yang dimarahi.
Bisa juga merupakan pikiran untuk melarikan diri, gagasan untuk bunuh
diri dan sebagainya. Bila kita tidak mengenali tindak tanduk rasa marah
tersebut kita tidak bisa melihat rasa (raos) itu. Rasa marah dalam diri
seseorang bila tercampur dengan rasa takut terhadap yang dimarahi, ia
bertindak menahan marah. Hal tersebut merupakan perang batin. Perang
antara rasa marah dengan yang menahan marah. Perang batin itu rasanya
bingung dan celaka (susah), sebab kita tidak mengetahui yang mana kita
ini, yang marah atau yang menahan marah.
Apabila kita menyadari bahwa
menahan marah itu tindak-tanduk rasa marah, maka selesailah perang
batin itu. Kemudian kita dapat meneliti makna perasaan (tegesing raos).
Mengerti makna rasa kita, berarti melihat jelas rasa kita sendiri.
Makna Perasaan (Tegesing Raos)
Memaknai
perasaan itu bisa dilihat dari kesamaan maksudnya. Walupun maksud
perasaan itu sering kali disembunyikan. Misalnya yang namanya benci,
berupa apapun dia artinya (teges) sewenang-wenang. Sebab yang membenci
pasti bermaksud mencelakakan orang yang dibenci.
Rasa dhemen (suka)
itu juga sewenang-wenang. Misalnya kita bertemu dengan teman kita. Tentu
kita berusaha untuk menyenangkan hatinya. Bila diteliti usaha kita
tersebut mengandung bujukan agar teman kita tersebut tetap menyenangkan
kita. Tanpa kita mengabaikan perasaannya. Sifat mementingkan diri
sendiri seperti itu tentu saja sewenang wenang namanya.
Tindak
tanduk, tanggapan rasa suka yang berupa gagasan atau pikiranpun bila
diteliti sampai tuntas, pasti akan ketemu bahwa semuanya itu adalah
sewenang-wenang. Jadi intinya baik rasa dhemen maupun rasa benci pada
hakekatnya adalah sewenang-wenang. (Hendaknya dibedakan antara rasa
sewenang-wenang dengan tindakan sewenang wenang).
Makna Perasaan (Tegesing Raos)
Setelah
kita mengetahui rupa,tindak tanduk dan makna perasaan (tegesing raos)
suka dan benci, kita lantas dapat meneliti si tukang menanggapi (yang
merespon).
Dalam hal ini kita harus berhati-hati. Karena, kita sering
keliru mengambil contoh rasa khayalan yang dianggap sungguhan. Misalnya
kita mengambil contoh rasa suka dan benci orang lain, itu adalah rasa
khayalan. Atau misalnya kita mengambil contoh rasa suka benci kita yang
masa lalu atau yang akan datang, itupun rasa khayalan atau catatan rasa.
Jadi bukan rasa yang sesungguhnya.
Oleh karena itu guna meneliti
tukang menanggapi ini, hendaknya dimulai dari mengamati rasa suka dan
benci kita yang ada sekarang di sini. Setiap saat rasa benci dan suka itu
pasti muncul. Sebab baru dihinggapi lalat saja rasa benci kita sudah
timbul. Jadi tidak usah dicari jauh-jauh.
Tukang menanggapi itu
terdiri dari dua macam yaitu : rasa hidup dan catatan. Rasa hidup
meliputi dua hal pokok yaitu: rasa hidup butuh melestarikan kehidupan
raganya dan rasa hidup butuh melestarikan jenisnya. (agar jenisnya tidak
punah) Sedangkan catatan itu banyak sekali jumlahnya, Catatan
catatan itu bergerombol sesuai dengan jenisnya, kemudian gerombolan
catatan ini membentuk kramadangsa, rasa namanya sendiri (ego), jadi
sesungguhnya yang tukang menanggapi itu adalah kramadangsa.
Urut-Urutan Jalannya Pethukan (Tanggapan)
Dari pembicaraan kita tersebut, kini kita dapat menyusun urutan-urutan jalannya Pethukan (Tanggapan)
- Langkah Pertama adalah meneliti tanggapan kita yang berupa dhemen-benci. Penelitian terhadap dhemen-benci kita sendiri ini, harus sampai mengetahui bahwa dhemen-benci kita ini bermakna sewenang-wenang.
- Langkah kedua adalah mencari raos sami (rasa sama) yang ada pada diri sendiri dan orang lain yang dihadapai, sehingga lahir rasa damai.
- Langkah ketiga, bertindak sesuai dengan yang diketahui sekarang disini, jadi pasti tepat dan benar.
- Untuk lebih jelasnya mengenai urut-urutan jalannya pethukan ini dapat dibicarakan bersama dalam sesi TANDHESAN.