Berikut ini catatan ke-8 Ki Ageng Suryamentaram yang berjudul Unipersitit dalam Buku Langgar yang saya terjemahkan dengan rujukan terjemahan Ki Ragil Lanang dan Ki Muhaji Fikriono.
UNIVERSITAS
Sangat kaget berdebar-debar hati saya,ketika saya berada di Yogya,
mendengar laporan kejadian
hasil pembicaraannya kakang Cokrodirja.
Bertiga bersama saya dan kakak Prawirawiwara.
Uraiannya adalah tentang peristiwa saat kakang bergadang hingga pagi berdiskusi kami berempat dengan Kyai Hajar Dewantara,
menyebabkan hati saya bagai diterkam harimau salah sasaran,
Lebih-lebih ketika saya sedang mengantuk
lalu digotong ke Kyai Hajar Dewantara
Dibawa menuju Surakarta,
untuk menakut-nakuti Kyai Lurah Kangmas Dipati Mangkunegaran,
Hingga beberapa saat, saya tidak bisa berbicara,
semua yang demikian itu
jika berlanjut berkepanjangan mungkin bisa menyebabkan tidak enaknya pengalaman.
Demikianlah,
karena kakang Cakradirja serta paman Ajar tidak mengerti
kondisi Universitas milik Beliau,
yang baru saja dijabarkan dari Junggring Salaka
oleh para dewa.
Direstui oleh Kyai Lurah dimas Batara Narada,
Dijabarkan terperinci melampaui batas ruang dan waktu,
maka saya ikut campur tangan ingin menjelaskannya kepada kakang
terkait dengan kondisi Universitas milik Beliau,
karena saya yang dipercaya dan dikukuhkan oleh Dimas Lurah Batara Narada.
diperintahkan mengurus milik Beliau tadi.
Universitas milik Beliau itu berisi pelajaran tentang tiga hal:
- Seni (kunst)
- Pengetahuan tentang Kesempurnaan (wetenschap of wijsbegeerte)
- Agama (religie)
Diperlukan untuk mengetahui-melihat KEINDAHAN DIRI SENDIRI.
(Eigen Schoonheid te bewonderen)
Di atas pintu gerbang terdapat papan berbunyi begini:
“tidak ada yang tampan melebihi aku”
Siapa pun orang yang bisa membaca papan itu diperbolehkan sekolah
Di atas pintu sebelahnya terdapat tulisan begini:
“akulah Sang Indah Pribadi”
Para murid yang bisa membaca papan itu berarti sudah lulus,
boleh keluar dari sekolah lalu mendapatkan gelar diploma yang berbunyi begini:
“hidup itu berlangsung abadi bahagia tidak bisa mati dan celaka”.
Euwige extase atau samadi.
SEKOLAH KESEMPURNAAN,
Untuk mengetahui KEKUASAAN DIRI SENDIRI.
(Eigen wijsheid te erkennen)
Mereka yang akan ikut bersekolah harus membawa sertifikat yang berbunyi begini:
“tidak ada yang mengungguli kecendekiaanku”
Siswa lulus sekolah jika sudah mampu melantunkan lagu penenang hati berikut:
“akulah Sang Cendekia Pribadi” (Ik ben de Wijzheid Zelf ).
Lalu, dirangkul Ki Lurah Dimas Batara Narada.
Dijadikan guru (hoogleraar=profesor), di dalam UNIVERSITAS milik Beliau,
diberi gelar diploma yang berbunyi sebagai berikut:
“manusia hidup itu tenteram selamanya, tidak ada sesuatu yang menyentuhku”
(niets doet Mij aan).
SEKOLAH AGAMA itu,
untuk mengetahui-melihat PENGUASA DIRI SENDIRI.
Murid yang ingin bersekolah harus membawa sertifikat yang berbunyi sebagai berikut:
“tidak ada daya yang bisa mengalahkan aku”,
lulus sekolah apabila sudah
mengangkang menunggang NANDI SURA, memegang TOMBAK TRISULA, yang
bisa berucap layaknya manusia:
“akulah yang maha kuasa pribadi”.
Kemudian dicabut ruhnya oleh Kyai Lurah Dimas Sang Hyang Jagat Nata,
untuk melengkapi jumlah 30 dewa”.
Lalu diberi mahkota kedewataan dengan tulisan berbunyi demikian:
“manusia ini boleh dan bisa menuruti apa pun kemauannya, tidak ada yang menghalang-halangi”.
Di atas adalah
ringkasan kondisi Universitas milik Beliau,
manusia yang belum mengetahui-melihat Universitas milik Beliau tadi tentunya belum benar-benar paham.
Meskipun demikian
sering juga pandangan (verhouding) kakang Cokrodirja dan paman Ajar dan Taman Siswa miliknya tidak bertentangan,
adapun klarifikasi pada paman AJAR
apa yang telah disampaikan di atas, saya percaya Kakanda,
supaya paman Ajar tidak lagi heboh.
Karena saat saya bekelana di jagad ini,
melihat-mengetahui semburat sinar darmabrata, cahaya satria petapa,
setelah saya dekati, ternyata paman Ajar sendiri.
Batara Guru atau Sang Hyang Jagad Nata mengendarai Lembu Nandini dan memegang trisula (Foto: Pitoyo.com) |
sudah dikabulkan,
tetapi berpesan bahwa pusaka itu akan diberikan,
kelak saat paman Ajar menikah dengan Dewi Supraba di kahyangan tempat para dewa.
Sementara ini, setiap hari Dewi Supraba selalu dilulur oleh para Bidadari
semoga paman Ajar rajin luluran juga,
jangan sampai kecewa kalah bersinar dari pasangannya.
Ada pun mereka yang akan menghantarkan pengantin saat ini baru saya gembleng,
agar memiliki siku laksana palu, otot kawat, tulang baja, jari-jari gunting.
Karena sekarang ini Prabu Pracona juga melamar Dewi Supraba,
bahkan sedang menghadang di tengah jalan menuju kahyangan,
membawa senjata andalan ditya sekipu.
adinda (rayinta),
Abdi dalem juru kunci Universitas milik Beliau,
Merangkap tukang basuh dan pengangguran.
Daftar Istilah
Perslah | : | uraian atau keterangan tentang peristiwa (hal, perkara, rapat, dsb.), laporan |
Bahureksa | : | menjaga untuk mengurusi, menguasai, memelihara, dan melindungi |
kunst | : | seni, kesenian |
wetenschap | : | sains, ilmu pengetahuan |
wijsbegeerte | : | filsafat |
Eigen Schoonheid te bewonderen | : | keindahan diri untuk dikagumi |
Euwige extase | : | Ekstase abadi |
Eigen wijsheid te erkennen | : | Mengenali kebijaksanaan diri |
Ik ben de Wijzheid Zelf | : | Akulah Kebijaksanaan |
niets doet Mij aan | : | Tidak ada siapapun yang melakukan sesuatu pada diriku |
verhouding | : | rasio |
Sang Hyang Jagad Nata | : | Batara Guru |
Sumber Terjemahan: Unipersitit