Well, bener juga sih. Tapi bukankah semua permainan itu membuat otak kita bisa mengeluarkan dophamin yang membuat kita merasa nikmat? Karena itulah, saya sendiri mengagumi catur. Mengapa?
Olahraga satu ini ternyata mempunyai begitu banyak teori yang bahkan seperti rumus, yang nampaknya permanen tapi memiliki kedinamisan yang membuat pemainnya memiliki ruang berkreasi. Buku dengan seribu halaman pun tak cukup untuk mencakup seluruh teorinya. Dan teori yang mungkin jumlahnya ratusan ini hanya punya satu tujuan, membuat musuh kalah atau rajanya mati. Tujuan itu memang klise, namun besarnya teori yang mem-back up itu membuat juara catur muncul banyak berasal dari kalangan profesor, doktor, dan kalangan intelektual.
Semakin saya mempelajarinya, semakin saya pusing dengan banyaknya teori yang ada. Tidak seperti dulu ketika saya mengenal permainan ini secara alami tanpa belajar dari buku. Ketika itu, saya sangat bebas mengandalkan insting dan berani melakukan kreasi di papan. Setelah mempelajarinya, saya sepertinya justru makin merasa kecil dan tercebur ke luas samudra teori. Semakin saya berusaha mengingat teori-teori itu ketika bermain, saya semakin terkungkung dengan pengetahuan yang kabur karena memoriku yang terbatas ini mencapai tepian, dan akhirnya macet. Dan akhirnya sekarang jadi malas main. Ibarat komputer, over loaded. hehehe.
Pangkalan Catur (satu papan) depan Hotel Boulevard, Ternate |
Permainan ini berada di atas papan sederhana, bujur sangkar yang terdiri dari enampuluh empat bujur sangkar hitam putih berselang-seling - dengan dua pasukan yang siap bertempur, masing-masing berjumlah 16 buah. Tiap pihak mempunyai dua benteng, dua kuda, dua gajah, satu menteri, satu raja dan delapan prajurit bidak.
Dulu tiap hari setidaknya satu jam saya mengagumi permainan ini. Bila Anda tahu, Anda akan mengagumi satu kombinasi yang sangat indah dalam satu game. Kalau tak tahu apa itu kombinasi, Seirawan menggambarkannya sebagai suatu pengorbanan yang dilakukan dengan langkah demi langkah yang kita ambil yang sifatnya memaksa sehingga mengeksploitasi suatu posisi tertentu dengan harapan mencapai tujuan tertentu dalam catur.
Di catur ada banyak yang bisa dipelajari. Orang bilang, catur adalah miniatur hidup yang penuh usaha, baik itu intrik, strategi, taktik, maupun pengorbanan. Menjadi pemain catur diharapkan menjadi kreator dan pejuang untuk pihak yang seharusnya menang. Struggling! Sebagai pemain seharusnya membuat rencana, untuk menang. Namun tidak setiap permainan akan selalu menang. Pada saat-saat tertentu akan mengalami kekalahan. Bukankah itu peran hidup dimainkan oleh manusia kebanyakan: menjadi winners dan losers!
Pernah dikatakan oleh seorang teman, kadang dalam hidup ini kita harus mengambil peran terendah yang dalam catur adalah seperti pion, buah yang bila ingin makan pun harus melangkah miring satu langkah. Saking rendahnya, makan pun harus pakai miring-miring, hehehe. However, pion pun pada saat tertentu bisa berubah peran menjadi menteri, perwira catur yang memiliki power tertinggi. Yang bawah suatu saat di atas. Jelata pun bisa jadi panglima. Suatu keoptimisan! Namun sebaliknya juga menghindarkan diri dari rasa keblinger, bila hal itu bisa mengingatkan kita bahwa ningrat dan bangsawan di daerah tertentu pun berasal dari bawah, sudra dan petani.
Dalam catur, bahkan ada sesuatu yang lebih, yaitu pengorbanannya yang suka rela! Bila menjadi pemain sepakbola, akankah sukarela membiarkan kakinya patah demi menyelamatkan timnya dari sebuah gol atau demi memasukkan bola ke gawang lawan? Mungkin itu ada. Tapi akan ada rasa yang tidak mengenakkan. Bila disamakan dengan pelatih, maka tetap saja tak ada seorang pelatih sepakbola yang benar-benar ingin pemainnya cedera parah karena ingin memenangkan suatu pertandingan. Di catur, pengorbanan justru itu dipandang indah oleh pemain sehingga membuat puas dan lawan pun kadang mengaguminya. Oleh karena itu, pemain catur juga bertindak seperti Tuhan kecil yang berwenang secara sukarela mengorbankan sesuatu demi skenario dan konsekuensi yang diinginkan, walaupun otomatis sebagai Tuhan kecil tentu bisa kalah karena keterbatasan itu.
Tampaknya, dalam hidup ini tak ada suatu pengorbanan yang indah, mengagumkan, dan benar-benar bisa dinikmati pada saat dilakukan seperti halnya yang terjadi pada catur. Itulah kelebihan permainan catur. Dalam hidup ini, kita juga jarang sebagai Tuhan, lebih banyak sebagai hamba dengan takdir yang telah merancangnya buat kita. Di catur kita mendapat peran itu. Karena itulah, kadang saya sulit menyukai hal lain seperti aku menyukai catur. Salam Gens Una Sumus! :D
*Update