Kuncup Mawar
Kuncup mawar yang kubawa mulai mekar
Harumnya semerbak
Menggugah kumbang-kumbang
Dengungnya membuat hatiku gemetar
Kuncup mawarku
Janganlah engkau layu
Janganlah engkau gugur
Dihisap kumbang-kumbang jalang
Segenap kekuatan kucurahkan
biarpun deru angin menerpa
biarpun guntur menyambar
kau tetap kupertahankan
Kuncup mawarku
Berilah aku madu kehidupan
Kobarkanlah semangatku
dalam menggenggammu
Kuncup mawarku
Janganlah engkau ragu dan bimbang
Mantapkanlah dikau
Di dalam pelukanku
Kuncup mawarku
lambing jiwaku
satu-satunya yang kupunya
jangan hancurkan hatiku
Oleh: Agung Suprapto 10:24 a.m. on 8 Sept 2002
Gemuruh Jiwa
Dua puluh lima hari sudah aku melangkahterasa gundah
terasa sedih
Diantara keceriaan kota dingin
Dua puluh lima hari sudah aku melangkah
tak ada cahaya hidup
semua suram
hancur hatiku
kosong otakku
Dibalik kepekatan
tersentak diriku
terlintas senyum simpul penuh arti
sedikit menerangiku
membangunkan jiwaku, dari tidur
Ya, Illahi
Syukur kupanjatkan
Telah hidup jiwaku
lewat datangnya dara putih berkilauan
sungguh beda jauh dengan diriku kyang hina ini
Hampir aku ragu
Apakah hanya fata morgana
angan-angankah ini ?
Kuusap berkali-kali mataku
Kau tetap didepan mata
Dara putih
Guyuran airmu tak kan kulupakan
Sungguh menyejukkan
membilas kegersangan
hatiku
Kucoba untuk selalu dekat
meski jurang pemisah menganga
Kucoba untuk menyeberang
dengan seutas tali kyang kau pasang
agar dapat bersama
Dara putih
Gesit nan lincah
tidak pandang bulu
Senang dapat bersamamu
sampai akhir nanti
Setapak demi setapak
semangatku membara
Tapi kadang padam
olehtingkahmu
Kutahu
Ini ujian bagiku
Goyahkah hatiku ?
Bimbangkah hatiku ?
Tidak...!
Apapun yang terjadi
Aku harus memelukmu
Kau yang pertama
menyiram dahagaku
menyejukkan jiwaku
Dara putih yang manis
Kau ingin bebas
Kutahu itu
Kesabaran
satu-satunya jalan
untuk mendekapmu
Oleh: Agung Suprapto 13:24 p.m. on 14 Oct 2002
Pilu
Beginikah nasibku
Selalu pilu, pedih, perih
Semua kemuliaan
hanya harapan belaka
Bunga yang kuharap
Selalu hilang dari genggaman
Raja nirwana mengumbar tawa
Bangga akan rampasannya
Aku sadar
Diriku orang kecil
Tapi aku kaya perasaan
Aku punya hati
Apakah orang kecil tak boleh mendapatkan kemuliaan ?
Tak bolehkah aku memeluk mutiara
Mutiara yang kuinginkan selalu lepas
Meninggalkan kepiluan
Hidupku selalu sengsara
Mungkin ini garis yang tertulis
Aku tak mampu menghapusnya
selalu bayangan semu yang kudapat
Semua kekuatanku kucurahkan
selalu gagal
dan gagal
meninggalkan luka yang dalam.
Oleh: Agung Suprapto 07:17 a.m. on 29 Oct 2002
Masa Galau
Limpahan wangi aroma
Mengundang hasrat liar
Liur pun menetes deras
Mata nyalang kian pedas
Cakar bergetar...
Siap terkam mangsa
Sungguh jinak tak ada hirau
Pada perut hati yang kosong galau
Makin gemaslah jiwa lapar
Gejolak telah panas membakar
Sang ramah yang tak pernah marah
Jangan kau goda naluri buaya
Minggir segera
Selagi titik nurani cegah gairah
Umbaran wangimu terlalu mempesona
Hati-hatilah...
Jangan sampai tercium hidung nista
Cepatlah...
Berlalu dari hadapanku!
Oleh: t-ca 6:25 p.m. on 26 Sept 2003
Pilahan
Tatkala terhimpit sesak dadaTertekan pilihan mendua gila
Miskin pengalaman
Kurang pertimbangan
Namun harus segera memilah
Mulailah dan jangan takut salah
Paksalah hati tuk berontak
Sebelum makin picik otak
Munculkan nurani
Tangan intuisi pembimbing sejati
Oleh: t-ca 6:25 p.m. on 26 Sept 2003
Pinte
Saat kesetiaan menjadi pengkhianatanku…
Ketika kecintaanku menjelma menjadi kebencianku…
Kapan hidupku jadi mati…
Tinggal tunggu putihku menjadi hitamku…
Dadaku terlalu ciut
Tuk bisa hayatimu…
Kepalaku jauh dari kuasa
Tuk bisa pahamimu…
Pedih, perih
Pahit, getir
Gelap, pekat
Luluh?!, Tidak
Luluh?!, Belum
Luluh?!, Diam
Mungkinkah ku besar dalam kecilku?
Bisakah ku lapang dalam sempitku?
Oleh: Herry,20:35 p.m. on 31 Oct 2003